Selasa, 30 Juli 2013
Hallo! Disini gue mau cerita tentang kelas XII. Kelas paling tua selama SMA dimana lo bisa malakin junior lo hahaha *dijitak Kak Seto*. Enggak enggak, gue cuma bercanda. Kelas XII itu.. jadi contoh junior, kudu banyak belajar karena akan mengahadapi ujian praktikum, ujian sekolah, ujian nasional dan tes masuk PTN.
Gue sendiri selama beberapa minggu ini jadi anak kelas XII rasanya masih kayak duduk dikelas sebelumnya. Bedanya sekarang udah sedikit serius belajar, misalnya ada PR ya dikerjain hari itu juga, nggak kayak jaman kelas X ataupun XI yang kalau ada PR dikerjain H-1 atau bahkan H-beberapa jam sebelum pelajaran tersebut berlangsung. Kelas XII harus udah mikir "gue besok mau ngelanjutin kuliah dimana? Jurusan apa?", jujur aja sih, kalimat itu yang selalu menghantui gue dan yang bikin gue 'stress'.
Di Kelas XII lo bakal nemuin temen-temen lo yang udah metamorfosis jadi lebih rajin. Rajin belajar tiap jam kosong atau istirahat, rajin ngerjain PR ataupun Tugas, rajin ke masjid buat sholat Dhuha, udah pada cerita ataupun mikir PTN yang bakal jadi tujuan, lebih rajin berangkat les, pokoknya di Kelas XII bakalan beda. Kalau lo nggak segera jadi 'power ranger' lo bakal jadi semut dimana yang lainnya udah jadi cheetah. Ketinggalan. *ngomong ke diri sendiri*
Tapi disisi lain lo musti buat kenang-kenangan sebanyak mungkin sama temen-temen, soalnya Kelas XII itu super pendek. Katanya sih gitu.
Intinya.. Kelas XII itu.. HARUS SEMANGAT!!
Kamis, 09 Mei 2013
Untukmu, aku terlalu melangkah jauh darimu.
Hingga pada akhirnya waktu menyadarkanku bahwa aku salah melangkah.
Hingga aku takut untuk kembali padamu.
Aku takut kau akan mencampakkanku.
Aku takut kau akan membiarkanku sendiri.
Menjadi daging bertulang yang tak tahu harus dengan siapa lagi ia akan mengarungi laut kehidupan.
Untukmu, maafkanlah diriku.
Untukmu, kalian.
Aku.
Hingga pada akhirnya waktu menyadarkanku bahwa aku salah melangkah.
Hingga aku takut untuk kembali padamu.
Aku takut kau akan mencampakkanku.
Aku takut kau akan membiarkanku sendiri.
Menjadi daging bertulang yang tak tahu harus dengan siapa lagi ia akan mengarungi laut kehidupan.
Untukmu, maafkanlah diriku.
Untukmu, kalian.
Aku.
Kita satu. Bersama, untuk beberapa hari ini.
Aku sering menangkap ekor matamu yang terlihat menatap diriku, hingga kau membuang mukamu lalu menunduk.
Suatu hari, aku duduk di kursi yang ada di barisan depanmu; dan aku menangkap ekor matamu lagi.
Kau selalu membuatku tersenyum karena tingkahmu, perkataanmu, dan lelucon yang bahkan tanpa sadar kau katakan.
Malam itu, aku berkata jika aku menginginkan secangkir kopi lagi, lalu kau mengakatan 'kalau kamu minum kopi, kamu nggak bakal bisa tidur'. Seketika itu aku menjawab 'kata siapa? Enggak juga, relatif. Kalau emang dasarnya ngantuk mau minum kopi pun bisa tidur'
Lalu kau diam.
Entah apa karena kau berfikir akan kata-kataku tadi ataukah karena kau kalah telak.
Aku sering menangkap ekor matamu yang terlihat menatap diriku, hingga kau membuang mukamu lalu menunduk.
Suatu hari, aku duduk di kursi yang ada di barisan depanmu; dan aku menangkap ekor matamu lagi.
Kau selalu membuatku tersenyum karena tingkahmu, perkataanmu, dan lelucon yang bahkan tanpa sadar kau katakan.
Malam itu, aku berkata jika aku menginginkan secangkir kopi lagi, lalu kau mengakatan 'kalau kamu minum kopi, kamu nggak bakal bisa tidur'. Seketika itu aku menjawab 'kata siapa? Enggak juga, relatif. Kalau emang dasarnya ngantuk mau minum kopi pun bisa tidur'
Lalu kau diam.
Entah apa karena kau berfikir akan kata-kataku tadi ataukah karena kau kalah telak.
Gonna miss you..
Kopi.
Kita; kau dan aku bertemu. Minum di lokasi yang sama.
Aku, penyuka kopi. Dan kau.. Entah apa yang kau suka. Teh? Air mineral? Ataukah kopi yang sama denganku.
Seandainya waktu bisa diperlambat, seandainya waktu bisa diulang, seandainya aku dan kau sudah kenal sebelumnya; mungkin aku sudah tahu minuman apa yang kau suka.
Sekarang, aku disini dan kau entah dimana. Aku hanya dapat berharap, semoga waktu berpihak kepada perempuan penyuka kopi untuk kembali mempertemukannya dengan seorang laki-laki yang entah minuman apa yang dia suka.
Aku, penyuka kopi. Dan kau.. Entah apa yang kau suka. Teh? Air mineral? Ataukah kopi yang sama denganku.
Seandainya waktu bisa diperlambat, seandainya waktu bisa diulang, seandainya aku dan kau sudah kenal sebelumnya; mungkin aku sudah tahu minuman apa yang kau suka.
Sekarang, aku disini dan kau entah dimana. Aku hanya dapat berharap, semoga waktu berpihak kepada perempuan penyuka kopi untuk kembali mempertemukannya dengan seorang laki-laki yang entah minuman apa yang dia suka.
Kopi.
Senin, 22 April 2013
For me, this semester is so difficult. Cause why? I lost one my mood booster, my superhero.. My daddy. I just can think, God have the best plan for me, for my family. I believe it. He never give hard temptation if his people can't leave that, and I never to yield to temptation. God with me, with my heart, with my soul. Always.
So, what I do? I do what I want. But, I feel not better. Feel down. At my mid semester fourth some months ago, I can't concentration. Some books that I read, I can't remember. An exact scienes like mathematics, physics, and chemistry.. I can't do the best answer like mid semester three. Again, I lost my concentration.
For my mommy and my superhero dad.. I'm sorry.. I can't do the best at this exam. Really sorry.
Rabu, 20 Februari 2013
Untukmu, 17 Januari.
Hari ini kita bertemu, aku dan kamu. Bukan pertemuan dua insan semata, tetapi merupakan penekanan akan sebuah perkenalan. Untuk pertama kalinya aku melihatmu setelah beberapa tahun aku hanya tahu siapa dirimu melalui dunia yang berbeda. Lucu. Aku mengatakan lucu ketika aku dan kamu memiliki dunia yang sangat sempit. Dimana kita banyak mengenal orang-orang yang sama.
Hari ini kita bertemu, aku dan kamu. Bukan pertemuan dua insan semata, tetapi merupakan penekanan akan sebuah perkenalan. Untuk pertama kalinya aku melihatmu setelah beberapa tahun aku hanya tahu siapa dirimu melalui dunia yang berbeda. Lucu. Aku mengatakan lucu ketika aku dan kamu memiliki dunia yang sangat sempit. Dimana kita banyak mengenal orang-orang yang sama.
Aku dan kamu, kurasa kita hanya sebatas tahu siapa aku dan siapa kamu. Atau secara langsung, sebuah pertemanan.
Dia menari. Dia menggelitik. Dia membuat perutku selalu terguncang karena tawa, bahkan hingga sakit. Ah dia. Lagi lagi dan lagi lagi dia. Siapa dia? Untuk apa dia datang? Apakah dia datang untuk kebahagiaan? Kuharap, tapi entah. Dia. Kupu-kupu kebahagiaan
Rabu Kelabu
Aku memanggilnya #rabusial #rabumakjleb #KimiaNyesek. Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa bisa seperti itu. And the story will begin..
Rabu, 30 Januari 2013
Tradisi di kelas XI IPA 3 yaitu selalu pindah tempat duduk setiap harinya secara rolling. Aku dan teman sebangkuku duduk di meja nomor 3 dari depan dan di deret 2 dari meja guru. Pelajaran terakhir hari itu adalah Biologi dengan materi Respirasi, jam pelajaran tersebut digunakan untuk mencari jawaban tentang praktikum yang dilakukan minggu sebelumnya. Aku berpindah tempat duduk di meja paling belakang, tempat duduknya Alvin-Bagas. Di meja belakang itu sebenarnya ada acara sendiri; APP (Arisan Para Pelajar) yang terdiri dari manusia-manusia yang suka ngoceh. Satu pelajaran berlalu, waktu untuk mencari jawaban berakhir dan guru meminta untuk segera mencocokkan jawaban yang didapat. Bagas yang sebelumnya kayak ulet yang kepanasan (re : jalan sana-sini) nyuruh aku buat pindah tempat, alhasil aku pindah ke meja nomer 4; meja depannya Alvin-Bagas dan meja belakang tempat dudukku yang sebenarnya. Belum mulai mencocokkan jawaban si Alvin biang kerok masih rame nggodain si April (temen sebelahku pas pelajaran Biologi) dengan suara-suara sok mistisnya dan si Bagas sebenernya dia pengen minjem catetan sama April tapi terlihat rame gegara sampingan sama Alvin. Aku yang duduk di depannya Alvin-Bagas sebenernya keganggu sama ramenya, pengen negur gegara sang guru yang mengajar itu killer tapi males juga, ending aku biarin. Dan jeng-jeng.. Sang guru merasa keganggu dengan keramaian yang terjadi di komplek meja belakang. Beliau langsung getok-getok papan tulis pake spidol yang dibawa beliau, lalu bilang "Kalian berdua yang di meja belakang, keluar!" wussshhhh sekelas langsung madep ke tempat sasaran; ngelihat Alvin-Bagas. Aku yang ada didepan mereka cuma bisa nengok ke samping, nengok ke April. Setelah cecungguk dua itu keluar kelas, apa yang terjadi?! April dan aku kena semprot. April, aku nggak kaget karna dia yang digoda Alvin dan dipinjem catetannya sama Bagas; maksudnya kelihatan rame gitu tapi aslinya dia nggak ikutan rame. Aku? Aku yang nggak tau apa-apa, aku yang polos, aku yang lugu, aku yang kalem nan pendiam, aku yang nggak terlibat dalam kasus itu juga ikutan kena ampasnya. Kena bom pertanyaan dari sang guru. Ending dari pelajaran hari itu saling tatap-menatap antara aku dan April.
Tradisi di kelas XI IPA 3 yaitu selalu pindah tempat duduk setiap harinya secara rolling. Aku dan teman sebangkuku duduk di meja nomor 3 dari depan dan di deret 2 dari meja guru. Pelajaran terakhir hari itu adalah Biologi dengan materi Respirasi, jam pelajaran tersebut digunakan untuk mencari jawaban tentang praktikum yang dilakukan minggu sebelumnya. Aku berpindah tempat duduk di meja paling belakang, tempat duduknya Alvin-Bagas. Di meja belakang itu sebenarnya ada acara sendiri; APP (Arisan Para Pelajar) yang terdiri dari manusia-manusia yang suka ngoceh. Satu pelajaran berlalu, waktu untuk mencari jawaban berakhir dan guru meminta untuk segera mencocokkan jawaban yang didapat. Bagas yang sebelumnya kayak ulet yang kepanasan (re : jalan sana-sini) nyuruh aku buat pindah tempat, alhasil aku pindah ke meja nomer 4; meja depannya Alvin-Bagas dan meja belakang tempat dudukku yang sebenarnya. Belum mulai mencocokkan jawaban si Alvin biang kerok masih rame nggodain si April (temen sebelahku pas pelajaran Biologi) dengan suara-suara sok mistisnya dan si Bagas sebenernya dia pengen minjem catetan sama April tapi terlihat rame gegara sampingan sama Alvin. Aku yang duduk di depannya Alvin-Bagas sebenernya keganggu sama ramenya, pengen negur gegara sang guru yang mengajar itu killer tapi males juga, ending aku biarin. Dan jeng-jeng.. Sang guru merasa keganggu dengan keramaian yang terjadi di komplek meja belakang. Beliau langsung getok-getok papan tulis pake spidol yang dibawa beliau, lalu bilang "Kalian berdua yang di meja belakang, keluar!" wussshhhh sekelas langsung madep ke tempat sasaran; ngelihat Alvin-Bagas. Aku yang ada didepan mereka cuma bisa nengok ke samping, nengok ke April. Setelah cecungguk dua itu keluar kelas, apa yang terjadi?! April dan aku kena semprot. April, aku nggak kaget karna dia yang digoda Alvin dan dipinjem catetannya sama Bagas; maksudnya kelihatan rame gitu tapi aslinya dia nggak ikutan rame. Aku? Aku yang nggak tau apa-apa, aku yang polos, aku yang lugu, aku yang kalem nan pendiam, aku yang nggak terlibat dalam kasus itu juga ikutan kena ampasnya. Kena bom pertanyaan dari sang guru. Ending dari pelajaran hari itu saling tatap-menatap antara aku dan April.
6 Februari 2013
Ini adalah awal mula munculnya hestek #KimiaNyesek. Jam pelajaran pertama adalah Kimia. Kegiatan belajar pagi itu bahas soal-soal LKS dan paket. Aku udah maju, lumayanlah buat nambah nilai hahaha. Selesai maju aku langsung keluarin HP buat mainan Onet; yang HP-nya android cari deh di playstore ati-ati kecanduan, soalnya belum ada obatnya. Temen semeja (Annis) juga ikutan main, main berdua disela pelajaran itu ribet banget. Serius deh. Aku suruh aja dia download pake tab-nya Jigong (Aji). Finnaly, Onet sudah terdownload di tab-nya Jigong. Aku main Onet pake HP dan Annis main Onet pake tab. Mainnya aku tutupin pake buku tulis, sesekali aku nengok ke meja guru dan ke depan dengan mendapati teman-teman yang lain sibuk ngerjain soal yang tersedia padahal aku asik ngegame huahahaha. Setelah memastikan aman aku lanjut ngegame lagi dengan menutupi dengan buku tulis seperti sedia kala. Dan jeng-jeng.. Saking asiknya ngegame nggak sadar kalau Bu Ind udah di sampingku sambil buka buku tulisnya, mati kutu sudah aku didepannya. Mbak Annis yang ngegame pake tab langsung masukin tab-nya ke laci. Lalu aku dikasih pesan-pesan oleh Bu Ind, aku dengerin dengan sungguh-sungguh. Itu merupakan kejadian pertama kalinya aku ngegame dan pertama kalinya ketahuan, niatnya buat coba-coba malah kena cobaan.
Herannya.. Aku yang pake HP ketahuan sedangkan Mbak A yang pake tab nggak ketahuan. Beberapa menit kemudian beliau maju kedepan ngomong sesuatu "saya itu di didepan enggak cuma duduk aja, tapi juga merhatiin kalian. Jangan kalian kira saya nggak tahu apa yang kalian lakukan. Saya menghargai kalian kalau kalian juga menghargai saya" JLEB! DALEM! NYESEK! Pengen nangis, pengen langsung pulang, pengen nyebur sumur. Saya dan beliau sekilas saling tatap-menatap dalam heningnya kelas yang membuat suasana semakin haru atau sedih atau apalah yang jelas bikin nyesek. Beliau lalu melanjutkan dengan pernyataan membunuh orang yang habis ke-gap mainan game di pelajaran "...minggu depan ulangan". Panik. Panik banget. Banget-banget paniknya. Aku langsung ngitung tempat duduk mana yang bakal aku tempatin Rabu tanggal 13. Dan JEDER!! Bagai disambar petir bagai di injak gajah, nyesek (lagi) aku mendapati kenyataan bahwa saat ulangan aku akan duduk di depan sendiri, di depan meja guru. Artinya?! Aku bakal empat-mata dengan beliau. Kurang so sweet apalagi coba kalau udah kayak gitu?? :'(
Setelah pelejaran #KimiaNyesek berakhir aku tanya ke Kemas yang duduk di meja kananku "kenapa nggak ngasih tau? | udah tak kasih tau, tapi koe keasikan ngegame | kenapa nggak nyenggol atau apa kek gitu? | hla gimana mau nyenggol hla wong Bu Ind udah di meja depan deretanmu | ... *nangis dalam diam."
Temen-temen sekelas banyak nyemangatin banyak juga yang bilang "minggu depan semangat ya Lind, kuatkan dirimu", makaaih banyak GHOST :') *peluk satu-satu*. Tapi banyak juga yang nakut-nakutin sambil mereplay adegan yang terjadi antara aku dan Bu Ind serta bilang "Ciee minggu depan duduk di depan meja guru, ciee bakal empat mata, ciee bakal lebih dekat dengan Ibunya" *nangis*. Tapi enjoy ajalah, nikmatin walaupun nyesek senyesek-nyeseknya nyeseeeekkkkkkk.
Moral value dari kejadian itu adalah waktu untuk belajar gunakan untuk belajar, waktu untuk bermain gunakan untuk bermain, jangan di campur aduk atau dibolak-balik. Apa yang kamu tanam itulah apa yang akan kamu dapat.
Itulah awal cerita dari #KimiaNyesek dan yang akan terjadi pada #KimiaNyesek selanjutnya.
Ini adalah awal mula munculnya hestek #KimiaNyesek. Jam pelajaran pertama adalah Kimia. Kegiatan belajar pagi itu bahas soal-soal LKS dan paket. Aku udah maju, lumayanlah buat nambah nilai hahaha. Selesai maju aku langsung keluarin HP buat mainan Onet; yang HP-nya android cari deh di playstore ati-ati kecanduan, soalnya belum ada obatnya. Temen semeja (Annis) juga ikutan main, main berdua disela pelajaran itu ribet banget. Serius deh. Aku suruh aja dia download pake tab-nya Jigong (Aji). Finnaly, Onet sudah terdownload di tab-nya Jigong. Aku main Onet pake HP dan Annis main Onet pake tab. Mainnya aku tutupin pake buku tulis, sesekali aku nengok ke meja guru dan ke depan dengan mendapati teman-teman yang lain sibuk ngerjain soal yang tersedia padahal aku asik ngegame huahahaha. Setelah memastikan aman aku lanjut ngegame lagi dengan menutupi dengan buku tulis seperti sedia kala. Dan jeng-jeng.. Saking asiknya ngegame nggak sadar kalau Bu Ind udah di sampingku sambil buka buku tulisnya, mati kutu sudah aku didepannya. Mbak Annis yang ngegame pake tab langsung masukin tab-nya ke laci. Lalu aku dikasih pesan-pesan oleh Bu Ind, aku dengerin dengan sungguh-sungguh. Itu merupakan kejadian pertama kalinya aku ngegame dan pertama kalinya ketahuan, niatnya buat coba-coba malah kena cobaan.
Herannya.. Aku yang pake HP ketahuan sedangkan Mbak A yang pake tab nggak ketahuan. Beberapa menit kemudian beliau maju kedepan ngomong sesuatu "saya itu di didepan enggak cuma duduk aja, tapi juga merhatiin kalian. Jangan kalian kira saya nggak tahu apa yang kalian lakukan. Saya menghargai kalian kalau kalian juga menghargai saya" JLEB! DALEM! NYESEK! Pengen nangis, pengen langsung pulang, pengen nyebur sumur. Saya dan beliau sekilas saling tatap-menatap dalam heningnya kelas yang membuat suasana semakin haru atau sedih atau apalah yang jelas bikin nyesek. Beliau lalu melanjutkan dengan pernyataan membunuh orang yang habis ke-gap mainan game di pelajaran "...minggu depan ulangan". Panik. Panik banget. Banget-banget paniknya. Aku langsung ngitung tempat duduk mana yang bakal aku tempatin Rabu tanggal 13. Dan JEDER!! Bagai disambar petir bagai di injak gajah, nyesek (lagi) aku mendapati kenyataan bahwa saat ulangan aku akan duduk di depan sendiri, di depan meja guru. Artinya?! Aku bakal empat-mata dengan beliau. Kurang so sweet apalagi coba kalau udah kayak gitu?? :'(
Setelah pelejaran #KimiaNyesek berakhir aku tanya ke Kemas yang duduk di meja kananku "kenapa nggak ngasih tau? | udah tak kasih tau, tapi koe keasikan ngegame | kenapa nggak nyenggol atau apa kek gitu? | hla gimana mau nyenggol hla wong Bu Ind udah di meja depan deretanmu | ... *nangis dalam diam."
Temen-temen sekelas banyak nyemangatin banyak juga yang bilang "minggu depan semangat ya Lind, kuatkan dirimu", makaaih banyak GHOST :') *peluk satu-satu*. Tapi banyak juga yang nakut-nakutin sambil mereplay adegan yang terjadi antara aku dan Bu Ind serta bilang "Ciee minggu depan duduk di depan meja guru, ciee bakal empat mata, ciee bakal lebih dekat dengan Ibunya" *nangis*. Tapi enjoy ajalah, nikmatin walaupun nyesek senyesek-nyeseknya nyeseeeekkkkkkk.
Moral value dari kejadian itu adalah waktu untuk belajar gunakan untuk belajar, waktu untuk bermain gunakan untuk bermain, jangan di campur aduk atau dibolak-balik. Apa yang kamu tanam itulah apa yang akan kamu dapat.
Itulah awal cerita dari #KimiaNyesek dan yang akan terjadi pada #KimiaNyesek selanjutnya.
Rabu, 13 Februari 2013
Hari 'kebangsaanku' tiba lagi. Aku menerima nasib duduk didepan meja guru, bertemu dengan Bu Ind selangkah lebih dekat, berusaha selalu tersenyum walau dalam kenyesekan *halah*. Pukul 06.45 bel masuk berdering, menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai, menandakan bahwa aku akan bertemu dengan beliau. Sebelum beliau datang, Tia yang duduk di meja nomor 3 deretan mejaku memanggilku dengan tersenyum (agak ketawa) dan berkata "semangat yo Lind! Aku mendoakanmu". Ini semangat atau sindiran aku juga nggak tau -__-
Ehem Bu Ind datang dan langsung mengeluarkan dan membagikan lembar soal. Lembar soal pertama jatuh di mejaku. Beliau berkata "Herlinda, HP-ne wis dimasukkan belum?" sem asemmm. Kontan sekelas langsung ketawa lepas. Cuma aku yang diam merenung. "udah bu" jawabku singkat.
Setelah soal sudah terbagi semua, aku tanya ke beliau "Bu, ngerjain soalnya boleh di acak nggak?" beliau menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemudian ada temen yang ngasih tau kalau pertanyaan itu baru aja bener-bener baruuuuu aja ditanyain sama si Puguh, cuma selisih beberapa detik aja. Aku yang nggak denger dan nggak tau apa-apa cuma bisa nyesek lagi. Hah.
Ngerjain soal.
Tiba di soal nomor 5 udah aku kerjain setengah, kepentok sama berapa nilai Ar Na. Aku lewatin, lanjut nomor selanjutnya. Udah sampe nomor tujuh berarti selesai. Si Kemas yang duduk dibelakangku dan kebetulan sekode tanya sama Bu Ind "Bu, nomor 5 kok nggak ada Ar-nya Bu?" aku yang tinggal nunggu berapa nilai Ar Na langsung bilang "Iya bu" dengan semangatnya. Beliau langsung bilang "Linda ra perlu tanya kok ya, niliki HP isoh" JLEB! NYESEK! Air mata udah di pelupuk mata, disaat kayak gitu cuma diri sendiri yang bisa nguatin diri "Jangan nangis Lind, calm.. Enjoy aja" kataku sok tegar sambil ngusap mata pake dasi sekolah.
Hari 'kebangsaanku' tiba lagi. Aku menerima nasib duduk didepan meja guru, bertemu dengan Bu Ind selangkah lebih dekat, berusaha selalu tersenyum walau dalam kenyesekan *halah*. Pukul 06.45 bel masuk berdering, menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai, menandakan bahwa aku akan bertemu dengan beliau. Sebelum beliau datang, Tia yang duduk di meja nomor 3 deretan mejaku memanggilku dengan tersenyum (agak ketawa) dan berkata "semangat yo Lind! Aku mendoakanmu". Ini semangat atau sindiran aku juga nggak tau -__-
Ehem Bu Ind datang dan langsung mengeluarkan dan membagikan lembar soal. Lembar soal pertama jatuh di mejaku. Beliau berkata "Herlinda, HP-ne wis dimasukkan belum?" sem asemmm. Kontan sekelas langsung ketawa lepas. Cuma aku yang diam merenung. "udah bu" jawabku singkat.
Setelah soal sudah terbagi semua, aku tanya ke beliau "Bu, ngerjain soalnya boleh di acak nggak?" beliau menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemudian ada temen yang ngasih tau kalau pertanyaan itu baru aja bener-bener baruuuuu aja ditanyain sama si Puguh, cuma selisih beberapa detik aja. Aku yang nggak denger dan nggak tau apa-apa cuma bisa nyesek lagi. Hah.
Ngerjain soal.
Tiba di soal nomor 5 udah aku kerjain setengah, kepentok sama berapa nilai Ar Na. Aku lewatin, lanjut nomor selanjutnya. Udah sampe nomor tujuh berarti selesai. Si Kemas yang duduk dibelakangku dan kebetulan sekode tanya sama Bu Ind "Bu, nomor 5 kok nggak ada Ar-nya Bu?" aku yang tinggal nunggu berapa nilai Ar Na langsung bilang "Iya bu" dengan semangatnya. Beliau langsung bilang "Linda ra perlu tanya kok ya, niliki HP isoh" JLEB! NYESEK! Air mata udah di pelupuk mata, disaat kayak gitu cuma diri sendiri yang bisa nguatin diri "Jangan nangis Lind, calm.. Enjoy aja" kataku sok tegar sambil ngusap mata pake dasi sekolah.
Rabu, 20 Februari 2013
Rabu, kembali bertemu dengan #KimiaNyesek. Apa yang terjadi? Mencocokkan jawaban ulangan. Aku maju kedepan menemui beliau untuk menanyakan berapa nilai nomor sekian kalau jalannya bener tapi salah pembagiannya. Selama aku maju ke depan temen-temen yang stay di tempat duduk heboh. Nggak ngerti heboh karena apa *sok lupa, sok cuek*. Lanjut brooo..
Pas beliau nulis jawaban kode apa lupa nomor sekian lupa muncul perkalian dengan angka-angka desimal, beliau bilang "Linda mana?" trus temen banyak yang manggil aku yang lagi konsen mengoreksi "Lind!" "ehh.. Hmm.. Apa?". "Dipanggil Bu Ind" lanjut kata temen. Aku langsung nengok ke arah Bu Ind. Beliau bilang "Coba hitung nomor itu pake HP". Sekelas ngakak. Hina. Ditambah si Jigong nyahut "Iyo Lind, HP-mu kan akeh game" kampret, apa hubungannya antara menghitung pake kalkulator dengan game?? *jitak Jigong*
Rabu, kembali bertemu dengan #KimiaNyesek. Apa yang terjadi? Mencocokkan jawaban ulangan. Aku maju kedepan menemui beliau untuk menanyakan berapa nilai nomor sekian kalau jalannya bener tapi salah pembagiannya. Selama aku maju ke depan temen-temen yang stay di tempat duduk heboh. Nggak ngerti heboh karena apa *sok lupa, sok cuek*. Lanjut brooo..
Pas beliau nulis jawaban kode apa lupa nomor sekian lupa muncul perkalian dengan angka-angka desimal, beliau bilang "Linda mana?" trus temen banyak yang manggil aku yang lagi konsen mengoreksi "Lind!" "ehh.. Hmm.. Apa?". "Dipanggil Bu Ind" lanjut kata temen. Aku langsung nengok ke arah Bu Ind. Beliau bilang "Coba hitung nomor itu pake HP". Sekelas ngakak. Hina. Ditambah si Jigong nyahut "Iyo Lind, HP-mu kan akeh game" kampret, apa hubungannya antara menghitung pake kalkulator dengan game?? *jitak Jigong*
Jadi.. apa yang akan terjadi di hari Rabu selanjutnya?? Kita lihat saja nanti *backsound suara-suara horror*
Selasa, 15 Januari 2013
Untuk semester tiga..
Kau menuliskan cerita pada setiap lembar kisahku disini, disekolah ini. Kau mengajarkan diriku untuk terus belajar, membuat segalanya menjadi lebih baik. Kau mengajarkanku untuk terus berusaha tanpa kata mengeluh. Kau membuatku untuk terus bersyukur atas segala hal yang ku raih. Kau menyadarkanku untuk membuat malaikat-malaikat tak bersayap tersenyum bangga padaku. Kau mengajarkanku untuk terus beribadah dan berdoa. Kau membuat aku mengenal mereka yang sebelumnmya belum aku kenal; teman sekelasku. Kau memaksa penghuni kelas untuk selalu kompak akan kerjasama, kekeluargaan, dan segala hal yang menyenangkan. Kau membuat diriku dan teman-temanku lebih dekat, lebih dekat, dan lebih dekat. Kau juga membuat diriku dan teman-temanku selalu berfikir dengan sebuah senyuman manis untuk setiap guru yang mengajar.
UTS semester tiga |
UAS semester tiga |
Untuk semester tiga, ku ucapkan terima kasih banyak untukmu. Terima kasih atas warna yang kau berikan untukku. Terima kasih karna kau telah menjadikan diriku lebih baik. Sekali lagi, terima kasih untuk segalanya.
18.
Terduduk dalam bayangan masa lalu. Aku ingin keluar dari zona itu. Zona yang membuat seluruh syarafku tak ingin lepas dari kenangan. Aku ingin bebas. Aku ingin terbang. Terbang dengan dengan angan-angan yang terbentang luas. Aku ingin lompat. Aku ingin menggapai. Aku ingin lupakanmu.
Kehilangan adalah tanda kita akan segera menemukan.
Bertemu dengan hal baru yang belum pernah kita temukan. Belum pernah kita rasakan. Dan belum pernah kita lihat.
Aku merindukan sosoknya dalam hidupku. Aku merindukan senyumannya. Aku merindukan tawanya. Aku merindukan segala hal tentangnya.
Tapi mungkin tidak dengan dia. Karna dia tak pernah melihatku tersenyum. Tak pernahi melihatku tertawa. Tak pernah melihatku ada.
Dia ada untuk hidupku. Tetapi aku tak lagi ada dalam hidupnya.
Dia bagaikan cahaya bulan yang menyinari gelapnya malam. Dia bagaikan matahari yang menyinari dunia. Dia bagaikan bintang yang memberi hiasan dilangit. Dan dia adalah cahaya dengan sejuta harapan yang menghiasi hidupku.
Aku merindukan perhatian yang dia berikan padaku seperti dulu. Tidak seperti sekarang, perhatian itu pergi entah kemana.
Aku merindukan suaranya, walau aku tak pernah mendengar suaranya.
Aku merindukan senyumnya yang manis, walau aku tak pernah melihat senyumnya secara dekat.
Aku merindukan tawanya yang khas, walau aku tak pernah tertawa bersamanya.
Aku merindukan hangatnya kasih sayang yang dia berikan, walau aku tak akan pernah mendapatkannya.Walau aku tak akan pernah memilikinya. Walau aku tak akan pernah merasakan kasih sayang darinya.
Untuknya, yang membuatku bahagia dalam jarak satu meter..
With love,
Linda
Aku merindukan sosoknya dalam hidupku. Aku merindukan senyumannya. Aku merindukan tawanya. Aku merindukan segala hal tentangnya.
Tapi mungkin tidak dengan dia. Karna dia tak pernah melihatku tersenyum. Tak pernahi melihatku tertawa. Tak pernah melihatku ada.
Dia ada untuk hidupku. Tetapi aku tak lagi ada dalam hidupnya.
Dia bagaikan cahaya bulan yang menyinari gelapnya malam. Dia bagaikan matahari yang menyinari dunia. Dia bagaikan bintang yang memberi hiasan dilangit. Dan dia adalah cahaya dengan sejuta harapan yang menghiasi hidupku.
Aku merindukan perhatian yang dia berikan padaku seperti dulu. Tidak seperti sekarang, perhatian itu pergi entah kemana.
Aku merindukan suaranya, walau aku tak pernah mendengar suaranya.
Aku merindukan senyumnya yang manis, walau aku tak pernah melihat senyumnya secara dekat.
Aku merindukan tawanya yang khas, walau aku tak pernah tertawa bersamanya.
Aku merindukan hangatnya kasih sayang yang dia berikan, walau aku tak akan pernah mendapatkannya.Walau aku tak akan pernah memilikinya. Walau aku tak akan pernah merasakan kasih sayang darinya.
Untuknya, yang membuatku bahagia dalam jarak satu meter..
With love,
Linda
Pernahkah kau rindukan aku?
Sama seperti saat kumerindukanmu
Namun hanya bayang semumu yang dapat mengobatinya
Pernahkah kau menyangiku?
Sama seperti aku menyayangimu hingga detik ini
Namun tak pernah ada balasan darimu
Pernahkah kau inginkanku?
Sama seperti ku inginkanmu tuk jadi bagian dari hidupku
Tak pernah terelakkan lagi
Bahwa ku merindukanmu, ku sayangimu, ku inginkanmu
Namun itu semua hanya impian semata
Yang tak akan pernah ku dapatkan
Mimpiku terlalu tinggi untuk dapatkanmu
Dan hal itu akan buatku jatuh menghancurkan hati ini
Hati yang sebelumnya kubuat hanya untukmu
Namun kau hancurkannya
Hingga ku tak sanggup lagi untuk menatanya
17/04/2011 21:32
With love,
Linda
Namun hanya bayang semumu yang dapat mengobatinya
Pernahkah kau menyangiku?
Sama seperti aku menyayangimu hingga detik ini
Namun tak pernah ada balasan darimu
Pernahkah kau inginkanku?
Sama seperti ku inginkanmu tuk jadi bagian dari hidupku
Tak pernah terelakkan lagi
Bahwa ku merindukanmu, ku sayangimu, ku inginkanmu
Namun itu semua hanya impian semata
Yang tak akan pernah ku dapatkan
Mimpiku terlalu tinggi untuk dapatkanmu
Dan hal itu akan buatku jatuh menghancurkan hati ini
Hati yang sebelumnya kubuat hanya untukmu
Namun kau hancurkannya
Hingga ku tak sanggup lagi untuk menatanya
17/04/2011 21:32
With love,
Linda
Langganan:
Postingan (Atom)